Powered by Blogger.
RSS

Beef Steak atau Bistik?

Beef steak alias daging sapi. Bukan sembarang daging, melainkan daging yang terlepas dari jaringan otot. Daging merah. Segar. Inilah yang kemudian digiling dan diolah menjadi masakan bernama beef steak.

Amerika disebut-sebut sebagai pelopor masakan ini. Tapi konon asal mulanya justru dari Spanyol dan Perancis. Pada tahun 1500-an, dua negara ini datang ke New World (Amerika) dan membawa sapi-sapi berkualitas. Dari sana, sapi diolah menjadi masakan yang akhirnya mem-branding Amerika sebagai negara beef steak.

Lalu bistik? Sama halnya dengan beef steak. Hanya, karena lidah Indonesia kesulitan menyebut beef steak--apalagi menuliskan grammarnya, beef steak jadi bistik. Masakan ini dibawa orang Eropa, tepatnya Belanda, pada era kolonialisme.

Bistik pada awalnya dinikmati para bangsawan. Yang menggilai masakan ini salah satunya, Raja Keraton Yogyakarta, yakni Sultan Hamengkubuwono (HB), khususnya HB VII, HB VIII, HB IX, dan KGPA Mangkubumi. Cerita ini tertulis dalam buku "Potret Kekayaaan Kuliner Yogyakarta ”Kersanan Ndalem”, Menu Favorit Para Raja", terbitan Kanisius.

Dalam perkembangannya, bistik kian merakyat. Bistik Indonesia sangat mungkin 'melenceng' dari pakemnya. Beda jauh dengan Amerika, Eropa, atau negara mana pun. Baik rasa maupun bahan bakunya. Rasa bistik Indonesia lebih nendang alias pedas!

Bahan baku bistik Indonesia juga tak melulu daging sapi. Tapi juga daging ikan laut. Ini bisa ditemui, salah satunya di Dapoer Bistik Semarang. Rasanya? Tetap nendang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment